• Jl. Raya Ragunan No. 29
  • (021) 780 6202
  • [email protected]
Logo Logo
  • Beranda
  • Profil
    • Overview
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Tugas & Fungsi
    • Pimpinan
    • Satuan Kerja
    • Sumber Daya Manusia
  • Informasi Publik
    • Portal PPID
    • Standar Layanan
      • Maklumat Layanan
      • Waktu dan Biaya Layanan
    • Prosedur Pelayanan
      • Prosedur Permohonan
      • Prosedur Pengajuan Keberatan dan Penyelesaian Sengketa
    • Regulasi
    • Agenda Kegiatan
    • Informasi Berkala
      • LHKPN
      • LHKASN
      • Rencana Strategis
      • DIPA
      • RKAKL/ POK
      • Laporan Kinerja
      • Capaian Kinerja
      • Laporan Keuangan
      • Laporan Realisasi Anggaran
      • Laporan Tahunan
      • Daftar Aset/BMN
    • Informasi Serta Merta
    • Informasi Setiap Saat
      • Daftar Informasi Publik
      • Standar Operasional Prosedur
      • Daftar Informasi Dikecualikan
      • Kerjasama
  • Publikasi
    • Buku
    • Pedum/ Juknis
    • Infografis
  • Reformasi Birokrasi
    • Manajemen Perubahan
    • Deregulasi Kebijakan
    • Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
    • Penataan dan Penguatan Organisasi
    • Penataan Tata Laksana
    • Penataan Sistem Manajemen SDM
    • Penguatan Akuntabilitas
    • Penguatan Pengawasan
  • Kontak

Berita BRMP

Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian

Thumb
376 dilihat       07 Maret 2025

Menuju 100 Tahun Modernisasi Kelapa di Indonesia

Tahukah anda?, jauh sebelum lagu  “Rayuan Pulau Kelapa” digubah Ismail Marzuki pada 1944, pohon kelapa (Cocos nucifera) telah mengakar dalam irama kehidupan dan budaya Nusantara. Tak sekadar masyarakat pesisir, penduduk pelosok Nusantara menggunakan kelapa sebagai minyak, minuman dan bahan kuliner hidangan tradisonal. Kayu kelapa digunakan sebagai konstruksi rumah, daunnya sebagai atap. Banyak masyarakat adat juga menggunakan janur (daun kelapa muda) untuk kegiatan budaya dan upacara keagamaan. Dalam naskah kuno Nagarakretagama, kelapa disebut sebagai “kalpadruma”, atau pohon kehidupan yang juga melambangkan kemakmuran.
Hari ini, kelapa bukan hanya menjadi simbol tetapi penopang ekonomi Indonesia. Dari 3,32 juta hektar kebun kelapa kita (Data BPS, 2023), sekita 98% dikelola sebagai kebun rakyat, yang menghidupi lebih dari 2 juta keluarga tani. Negara ini produsen kelapa terbesar ke-2 di dunia, dengan produksi mencapai 2,83 juta metrik ton (MT) pada 2023. Pada tahun tersebut, ekspor kelapa Indonesia tercatat sebesar USD 1,55 miliar (Rp. 23 Triliun), dengan pangsa sebesar 38,3 persen dari total ekspor dunia. 
Namun, jalan pengembangan komoditas kelapa membawa kesejahteraaan Masyarakat masih panjang dan  banyak persoalan harus diselesaikan. Produktivitas rata-rata perkebunan kelapa kita  hanya 1,1 ton kopra/hektar, jauh di bawah potensi genetic kelapa unggul yang dapat mencapai 3,5 ton. Nilai tabah dan efek manfaat produk kelapa belum banyak dirasakan masyarakat luas. Industri kelapa belum memaksimalkan potensi secara optimal, dan hilirisasi belum menjadi peta jalan pengembangan komoditas ini. Kondisi tersebut ditambah ancaman perubahan ilkim dan tekanan pasar global yang menuntut kita menengok kembali dan mencermati warisan 100 tahun inovasi dan pengembangan kelapa tanah air, yang akan diperingati pada 2027.

Sejarah Modernisasi Kelapa dari Mapanget, Manado
Tonggak modernisasi kelapa Indonesia ditandai penanaman benih kelapa  pada 1927 oleh Dr. Thames, peneliti Belanda, di Desa Mapanget, Sulawesi Utara. Awalnya, beliau membawa 500 koleksi bibit dari Kebun Raya Bogor untuk uji adaptasi berbagai ekosistem. Kini, 30 pohon kelapa  unggul peninggalannya masih kokoh di kebun Instalasi Pengujian Standar Instrumen Pertanian (IPSIP) Mapanget, saksi bisu berdirinya Klapper Proofstation (1930) lembaga penelitian kelapa pertama Indonesia. Pada tahun 1967 lembaga tersebut berganti nama menjadi Lembaga Penelitian Tanaman Industri disingkat (LPTI), kemudian Tahun 1979 menjadi Balai Penelitian Tanaman Industri atau Balitri, tahun 1984 menjadi Balai Penelitian Kelapa atau Balitka, selanjutnya Tahun 1994 menjadi Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain. Pada 17 Januari 2023 bertransformasi menjadi Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Palma atau yang populer disebut "BSIP Tanaman Palma". Dibawah koordinasi Pusat Standarisasi Instrumen Perkebunan, Kementerian Pertanian. 
Tempat ini, bukan sekadar konservasi dan pelestari sejarah kelapa, tetapi garda terdepan modernisasi dan inovasi kelapa Indonesia. Dari lembaga ini,   tercatat 60 varietas kelapa Nasional telah dilepas, 53 di antaranya dilepas saat BSIP Tanaman Palma masih menjadi lembaga penelitian yaitu Balit Palma. Selanjutnya 7 varietas lainnya dilepas dalam rentang waktu 2022 sd 2024, saat pengamatan awal calon varietas masih dilakukan  Balit Palma. Varietas yang dilepas adalah Kelapa Dalam, Kelapa Genjah, dan Kelapa Hibrida hasil kerjasama dengan pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten.  Potensi produksi varietas kelapa dalam unggul tersebut  antara 2,6 ton – 3,5 ton kopra/ha/tahun. Kelapa Hibrida KHINA-1, KHINA-2, KHINA-3, KHINA-4 dan KHINA-5 dan Hibrida Hengniu potensi produksinya 3,0-3,5 ton kopra/ha/tahun. Sedangkan kelapa Genjah menghasilkan 80-140 butir/pohon/tahun. Ada pula kelapa semitall, yaitu kelapa Bido dari Kabupaten Pulau Morotai yang lambat bertambah tinggi dengan ukuran buah besar. Terkini pada 2024 kelapa dalam Upat-Upat dari Kabupaten Magelang, dilepas dengan ukuran buah jauh lebih besar dibandingkan dengan kelapa sebelumnya. 
Kekuatan lebaga ini terletak pada bank genetiknya, yang menyimpan 100 aksesi kelapa dari seluruh Indonesia, termasuk kelapa merah waingapu dan kelapa kopyor Jepara. Materi genetik untuk perakitan varietas unggul kelapa terpelihara dengan baik di Kebun Percobaan (Instalasi Pengujian) dan terekam secara digital. Teknologi whole genome sequencing memungkinkan identifikasi gen kelapa tahan kekeringan dan salinitas. Varietas unggul yang menjadi materi perakitan kelapa Hibrida juga dikonservasi, seperti kelapa Genjah Raja, Genjah Kuning Bali, kelapa Genjah Kuning Nias, kelapa Dalam Mapanget, Kelapa Dalam Palu, Kelapa Dalam Tenga. Beberapa koleksi juga terus diuji untuk mengevaluasi produksi air niranya, yang menjadi bahan baku untuk pengolahan bioethanol dan gula kelapa. 

Pengembangan Kelapa di Indonesia
Industri kelapa Indonesia menghadapi tantangan signifikan terkait usia tanaman yang menua dan serangan hama. Data menunjukkan 15% pohon kelapa Indonesia berusia lebih dari 50 tahun, mengakibatkan penurunan produktivitas. Selain itu, serangan hama Brontispa longissima dapat menyebabkan penurunan produksi hingga 60% dan potensi kerugian ekonomi mencapai US$40 juta (setara Rp. 600 milliar) per tahun. 
Kementerian Pertanian telah meluncurkan program peremajaan 200.000 hektar kelapa pada periode 2023-2024 dengan menyediakan dan meyebarkan benih unggul bersertifikat. Benih kelapa unggul BSIP Palma telah didistribusikan dan dimanfaatkan di seluruh Indonesia melalui kolaborasi bersama Direktorat Jenderal Perkebunan, Pemerintah Daerah dan  swasta. Pada awal tahun 2000 Balitka bekerjasama dengan Coconut Genetic Resources Network (COGENT) melakukan kegiatan Poverty Reduction Project di Sulawesi Utara dan Gorontalo. Pengembangan kelapa di wilayah sentra gula kelapa juga berhasil dan sukses mendampingi sekitar 500 petani kelapa di Sukabumi, Pangandaran dan Lampung.
Bekerjasama dengan PT. Unilever, Balit Palma mendampingi dalam penyediaan benih,  budidaya, sampai penyadapan nira. Awalnya satu petani hanya mampu menderes 20 pohon setiap hari, dan meningkat menjadi 80 pohon setiap harinya, dengan introduksi kelapa Genjah pendek dan mudah sadap. Ada juga pengembangan kelapa lahan rawa di Kaltara yang sukses dalam pengembangannya. Sejak bertransformasi, BSIP terus melanjutkan pengembangan kelapa melalui kerjasama dengan stakeholder diantaranya PT Cargill Internasional, WCS-IP Indonesia, Aliet Green, PT. Malisya Sejahtera, International Coconut Community, dan COGENT.  Jalinan kolaborasi berbagai pihak, diharapkan mendorong pengembangan kelapa nasional.
Di level global, Indonesia aktif dalam kolaborasi dalam pengembangkan bioekonomi kelapa. Sebagai anggota International Coconut Community (ICC), Indonesia terlibat dalam konsorsium riset bersama Filipina, India, dan Sri Lanka untuk mengembangkan industri kelapa negara anggota.  Peningkatkan nilai tambah, investasi di sektor hilir, seperti ekstraksi asam laurat untuk industri farmasi dan kosmetik, menjadi kegiatan penting dari konsorsium. 
Menjelang peringatan 100 tahun pengembangan kelapa, Indonesia perlu menerapkan tiga strategi utama yaitu digitalisasi rantai pasok, industrialisasi hijau, dan diplomasi budaya. Integrasi teknologi blockchain untuk keterlacakan produk, pembangunan bio-refinery terintegrasi, dan sertifikasi indikasi geografis untuk produk kelapa khas daerah merupakan langkah-langkah strategis menuju kedaulatan kelapa Indonesia di masa depan.

Prev Next

- Humas BSIP


Pencarian

Berita Terbaru

  • Thumb
    RI Punya 64 Balai Rahasia! Wamentan Sudaryono: Kita Bisa Kuasai Pangan dan Energi Dunia
    12 Mei 2025 - By Humas BSIP
  • Thumb
    Mentan Amran Dampingi Wapres Gibran di NTT, Komitmen All Out Majukan Petani
    08 Mei 2025 - By Humas BSIP
  • Thumb
    Water Management, Salah Satu Kunci untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Padi
    28 Apr 2025 - By Humas BSIP
  • Thumb
    Presiden Prabowo Kagum Efektivitas Penggunaan Drone Pertanian, 1 Hari Bisa Tanam 25 Hektare
    28 Apr 2025 - By Humas BSIP
  • Thumb
    Kesejahteraan Meningkat, Mentan Amran: Petani Bahagia, Harga Kelapa Naik
    17 Apr 2025 - By Humas BSIP

tags

Benih Unggul inovasi kelapa teknologi

Kontak

(021) 780 6202
(021) 780 0644
[email protected]

Jl. Raya Ragunan No. 29
Kel. Jati Padang, Kec. Ps Minggu
Jakarta Selatan - DKI Jakarta
Indonesia
12540
www.brmp.pertanian.go.id

© 2024 - 2025 Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian. All Right Reserved